“Selagi muda banyak berkelana mencari ilmu, nanti kalau sudah dewasa bisa mencari usaha melestarikan budaya, mengalir saja, hidup bermanfaat, yang dapat dilakukan ya dilakukan sebaik mungkin.”
Satu per satu helai kain lurik itu diubah menjadi pakaian tradisional khas Yogyakarta yang sangat unik dan cantik, Surjan Pak Sunarto. Di tengah-tengah digitalisasi peradaban yang serba modern, Pak Sunarto masih bersama dengan prinsip teguhnya untuk mewariskan budaya leluhur dalam usahanya. Dimulai dari keluarga, terutama orang tuanya yang begitu jatuh cinta pada kesenian khas Yogyakarta, seperti wayang, gamelan, dan pakaian tradisional, Pak Sunarto tertarik untuk menggeluti usaha pembuatan baju Surjan. Sejatinya, baju Surjan adalah busana khas Yogyakarta berupa jas untuk laki-laki yang berkerah tegak, berlengan panjang, dan berbahan kain lurik atau motif kembang- kembang.
Bagaikan bekerja sembari bernostalgia, Pak Sunarto menceritakan bahwa mulanya beliau tidak begitu tertarik pada pekerjaan yang beliau tekuni saat ini mengingat beliau sudah melihat hal-hal berbau etnik ini di keluarganya sejak beliau masih sangat kecil. Pak Sunarto muda memilih untuk merantau meninggalkan kampung halaman. Namun, pencariannya di perantauan tak kunjung menemui titik terang sampai akhirnya beliau memutuskan kembali lagi ke kampung halaman untuk memenuhi panggilan hati. Terinspirasi dari ayahandanya yang juga seorang dalang, Pak Sunarto memulai usahanya kecil-kecilan dengan membuat blangkon. Dari sana, beliau mendapatkan keyakinan untuk meningkatkan usahanya dengan membuat baju Surjan dan bekerja sama dengan keluarga besarnya yang memiliki kegiatan usaha sama. Uniknya, Pak Sunarto mengaku bahwa beliau mempelajari proses pembuatan baju Surjan secara otodidak meskipun sejak kecil beliau menyaksikan orang tuanya membuat Surjan. Pak Sunarto juga tidak pernah menduga ternyata peminat baju Surjan masih sangat banyak dan tingkat permintaannya juga relatif tinggi. Beliau mengungkapkan sering mendapatkan pesanan dari instansi pemerintah, sekolah-sekolah, komunitas dalang, hingga pesanan dari keraton.
Gambar Baju Surjan Pak Sunarto (Sumber: Dokumentasi KKN-PPM UGM 2023)
Pak Sunarto juga mengaku bahwa bisnis baju Surjan miliknya masih ibarat biji yang bertumbuh pasca pandemic COVID-19. Beliau menuturkan usahanya hampir mati karena pandemi sehingga beliau harus mencari jalan tengah untuk tetap bertahan. Sebenarnya, menurut beliau, bisnis baju Surjan tidak terlalu banyak tantangan mengingat kompetitornya cenderung sedikit dan kendalanya berupa waktu pengerjaan dan jika terdapat mati listrik yang mendadak. Dalam sehari, Pak Sunarto dibantu dengan istrinya mampu menghasilkan rata-rata empat baju Surjan dengan kualitas terbaik dan sesuai dengan pesanan pelanggan. Beliau menuturkan jika pelanggan bisa menyampaikan permintaan, misalnya variasi pada kancing, modifikasi pada desain baju surjan, atau yang lainnya.
Ditemui di kediamannya di Dukuh Demangan, Desa Demangrejo, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Pak Sunarto dan istri menyampaikan harapannya untuk usaha baju Surjan yang ditekuninya saat ini. Beliau berharap mampu memasarkan baju Surjan secara lebih luas lagi, bukan hanya untuk kepuasan pribadi, tetapi agar semakin banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui baju Surjan sebagai salah satu bentuk kekayaan budaya warisan leluhur yang juga berhak untuk dilestarikan. Pak Sunarto juga menyampaikan harapannya untuk anak-anak muda Indonesia saat ini, yaitu, “Selagi muda banyak berkelana mencari ilmu, nanti klo sudah dewasa bisa mencari usaha melestarikan budaya, mengalir saja, hidup bermanfaat, yang dapat dilakukan ya dilakukan sebaik mungkin.”
Artikel ini ditulis oleh Zahrah Novianti (KKN- PPM UGM 2023)